MASALAH
EKONOMI TAHUN 2014
PENGANGGURAN
di INDONESIA

Dosen
Pembimbing :
Dr.
Nanik Sri Setyani, Msi
Nama
Kelompok :
1.
Siti Nur Azizah (142040)
2.
Ana Lailatuz Zuhriyah (142006)
3.
Titis Putri Mujianti (142038)
4.
Eka Ayu Rahmawati (142022)
5.
Rida Dini Febrianti (142031)
PENDIDIKAN
EKONOMI
STKIP
PGRI JOMBANG
Tahun
Ajaran 2014 / 2015
PENGANGGURAN di INDONESIA
Banyaknya jumlah penduduk di Indonesia dan
terbatas nya lapangan kerja yang memadai membuat masalah pengangguran di
Indonesia menjadi masalah yang sulit untuk diatasi oleh pemerintah.Lambatnya
penanganan pemerintah dalam menyikapi masalah ini, membuat perekonomian
Indonesia semakin terpuruk. Sebenarnya banyak yang bisa dilakukan oleh
pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran di Indonesia, salah satunya adalah
membuka lebih banyak lapangan pekerjaan untuk warganya. Jika pemerintah dapat
bergerak cepat, tidak mustahil masalah pengangguran yang ada di Indonesia ini
akan teratasi.
A.
Tingginya Jumlah
Pengangguran.
Dari
tahun ke tahun, masalah jumlah pengangguran di Indonesia kian bertambah. Belum
ada solusi untuk mengatasi tingginya angka pengangguran sampai saat ini.
Pengadaan lapangan kerja saja dirasa tidak cukup untuk menekan angka
pengangguran di negara kita.
Pengangguran
yang terjadi di Indonesia telah terjadi sejak lama dan jumlahnya makin terus
bertambah dari tahun ke tahun. Data yang didapat dari Badan Pusat Statistik
menyebutkan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia mencapai angka 8,32 juta
orang. Jumlah ini dipastikan akan makin terus bertambah dari tahun ke tahun.
Jumlah pengangguran di Indonesia tidak terlepas dari minmnya jumlah lapangan
pekerjaan yang seharusnya menampung jumlah tenaga kerja di Indonesia.
Pengangguran ini
tentunya dapat dengan mudah ditebak, salah satu faktor besar yang membayangi
masalah pengangguran di Indonesia adalah kemiskinan. Tingkat kemiskinan di
Indonesia sangat memprihatinkan. Apalagi ditambah dengan jumlah pengangguran
yang menyebabkan kemiskinan itu sendiri. Karena dengan menganggurnya seseorang
otomatis taraf hidupnya akan semakin rendah, sedangkan jumlah lapangan kerja
yang terbatas dan tingginya persaingan untuk mendapatkan pekerjaan disertai
dengan keterampilan yang dimiliki akan semakin memperketat usaha mendapatkan pekerjaan.
Selain itu dari
kemiskinan yang timbul, akan timbul masalah lain seperti tindak kriminal yang
meningkat dan peningkatan jumlah pengemis dan gelandangan. Secara individu,
orang yang menganggur tentu akan stress dan depresi. Tak hanya karena tidak bisa
memenuhi kebutuhan hidup, ia bisa saja dikucilkan oleh masyarakat.
B. Penyebab Terjadinya Pengangguran.
Berikut faktor-faktor yang menyebabkan menyebarnya pengangguran :
1.
Terbatasnya lapangan kerja sementara Tingginya
jumlah penduduk.
Semakin tingginya jumlah penduduk menyebabkan menumpuknya
jumlah pengangguran. Ini terjadi karena jumlah pertumbuhan penduduk berbanding
terbalik dengan jumlah pertumbuhan lapangan kerja atau kesempatan kerja. Bagaimana
hal ini bisa terjadi? Biasanya dalam
perilaku masyarakat dengan mengatakan banyak anak banyak risiko akan mendorong
tiap warga masyarakat untuk memiliki anak sebanyak-banyaknya tanpa ada kesadaran
bahwa banyak anak akan mempersempit tempat tinggal dan banyaknya beban yang
harus ditanggung oleh keluarga itu sendiri dan juga oleh pemerintah
2. Pendidikan dan keterampilan yang rendah.
Syarat seseorang untuk bisa dengan mudahnya
memperoleh pekerjaan tentunya harus dimodali dengan pendidikan dan keterampilan
yang baik. Jika tidak, jangan harap kita dapat pekerjaan yang layak. Begitu
banyak lulusan SMP, SMA maupun perguruan tinggi di tiap tahunnya, hanya yang
berbibit unggullah yang kelak akan menghiasi dunia kerja. Hal ini juga terjadi
karena banyaknya para sarjana yang tidak memperoleh pekerjaan atau menjadi pengangguran.
Selain itu mahalnya biaya pendidikan juga menghambat para masyarkat kecil untuk
memperoleh pendidikan yang layak.
3.
Angkatan kerja tidak dapat memenuhi
persyaratan yang diminta dunia kerja.
Sama halnya dengan poin kedua, ketidak terpenuhinya
persyaratan yang diminta dunia kerja seperti pendidikan dan keterampilan yang
kurang hanya akan menambah jumlah pengangguran di Indonesia. Bahkan tak jarang
kompetensi pencari kerja yang tidak sesuai dengan pasar kerja. Misalnya,
banyaknya lulusan pertanian yang bekerja di perbankan, lulusan ekonomi kerja di
kehutanan, sehingga para masyarakat berpikir untuk memperoleh pekerjaan cukup
dengan jalan pintas yang menyebabkan kurangnya keterampilan bagi calon pekerja
karena tidak sesuai dengan posisi atau kemampuan yang dia miliki.
4.
Teknologi yang semakin modern.
Di era globalisasi ini, teknologi sulit dijauhkan dalam
kehidupan sehari-hari. Kehadirannya begitu penting. Suatu pekerjaan akan cepat
selesai, akurat dan efisien dengan teknologi. Biaya yang dikeluarkan sedikit
lebih menguntungkan dibandingkan dengan menyerap tenaga kerja yang banyak namun
tidak efisien dalam waktu pengerjaan. Sehingga para pengusaha/pemilik modal
lebih memilih menggunakan teknologi daripada tenaga kerja, yang menyebabkan
kurangnya peluang para pekerja untuk memperoleh pekerjaan.
5.
Pengusaha yang selalu mengejar keuntungan dan menerapkan
sistem pegawai kontrak
Perusahaan-perusahaan saat ini sering menerapkan
sistem tersebut karena dinilai lebih menguntungkan mereka. Apabila mempunyai
pegawai tetap, mereka akan dibebankan pada biaya tunjangan ataupun dana pensiun
kelak ketika pegawai sudah tidak lagi bekerja. Namun dengan sistem pegawai
kontrak ini, mereka bisa seenaknya mengambil pegawainya ketika butuh atau
sedang ada proyek besar dan kemudian membuangnya lagi setelah proyek tersebut
sudah berakhir. Dan tentunya hal ini akan membuat perusahaan tidak perlu
membuang biaya besar. Namun sistem ini membuat munculnya pengangguran
(pengangguran musiman).
6.
Adanya pemutusan kerja dari perusahaan
Biasanya disebabkan antara lain; perusahaan yang
menutup bidang usahanya akibat krisis ekonomi, keamanan yang kurang kondusif, hambatan
dalam proses ekspor impor, bisa juga dikarenakan perusahaan yang bangkrut
disebabkan karena kredit macet atau tidak mampu mengangsur pinjaman Bank. Kredit
macet disebabkan oleh krisis ekonomi yang melanda bangsa ini sejak tahun 1997.
Krisis ekonomi disebabkan oleh krisis moneter (melemahnya nilai rupiah terhadap
dolar AS). Krisis moneter disebabkan oleh rusaknya ekonomi Indonesia. Kerusakan
ekonomi ini disebabkan oleh adanya mental korup, kolusi dan nepotisme (KKN)
yang merajalela pada semua lembaga negara dan swasta. Budaya KKN ini disebabkan
oleh pemerintahan yang kotor. Sehingga erat sekali hubungan antara pengangguran
dengan bagaimana keadaan perekonomian suatu Negara.
7.
Pemulangan TKI ke Indonesia.
TKI yang bermasalah di luar negeri sehingga harus di
deportasi ke daerah asalnya tentunya akan menambah daftar para penganggur di
Indonesia. Sebenarnya diharapkan TKI tersebut dapat membantu pemerintah
mengurangi jumlah pengangguran di negeri ini dan menambah devisa Negara. Hal
ini terjadi karena kurangnya kontrol dari pihak-pihak yang mengurusi tentang
TKI termasuk pegawai transmigrasi. PJTKI yang tidak menempatkan para TKI pada
tempat yang layak dan tidak sesuai dengan kondisi dan kemampuan para TKI serta
tidak sesuai dengan yang dijanjikan kepada para TKI sebelum diberangkatkan.
8.
Penyediaan dan pemanfaatan tenaga kerja antar
daerah tidak seimbang.
Jumlah angkatan kerja
disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan
di daerah lain
sebaliknya.
Keadaan tersebut
dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain.
Perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain dengan kapasitas
besar mengakibatkan pengangguran ke daerah tersebut. Karena daerah tersebut
tidak mampu menampung jumlah tenaga kerja terlalu banyak.
9.
Rasa malas dan
ketergantungan diri pada orang lain.
Rasa
malas dan ketergantungan terhadap orang lain merupakan penyakit yang amat sulit
untuk diobati sehingga membutuhkan kesadaran dari diri sendiri. Bergantung
terhadap orang lain biasa terjadi pada orang yang awalnya memiliki warisan sangat banyak.
Tetapi pada akhirnya ketika harta warisan tersebut habis karena dia tidak
pandai dalam mengelolanya sehingga menyebabkan pengangguran pada
akhirnya.Contoh lain, seorang lulusan sarjana yang tidak mau bekerja dan lebih
suka menggantungkan hidup kepada orang tua atau pasangannya bila sudah menikah.
Ia termasuk pengangguran, selain itu ia melewatkan peluang untuk menciptakan
suatu lapangan pekerjaan bagi orang lain.
C. Dampak - Dampak Pengangguran
1.
Dampak pengangguran terhadap perekonomian.
Jika tingkat pengangguran di suatu negara relatif tinggi,
hal tersebut akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah
dicita-citakan. Hal ini terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap
kegiatan perekonomian.
Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat
memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya, karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional yang dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada
pendapatan yang seharusnya.
Oleh
karena itu, pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang
berasal dari sektor pajak berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran
yang tinggi akan menyebabkan kegiatan perekonomian menurun sehingga pendapatan masyarakat pun akan
menurun. Dengan demikian, pajak yang harus dibayar dari masyarakat pun akan
menurun. Jika penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi pemerintah
juga akan berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus menurun.
Selanjutnya
pengangguran juga akan menyebabkan daya beli masyarakat akan berkurang sehingga permintaan
terhadap barang-barang hasil produksi akan berkurang. Keadaan demikian tidak
merangsang kalangan Investor (pengusaha) untuk melakukan perluasan atau
pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat investasi menurun sehingga pertumbuhan
ekonomipun tidak akan terpacu.
Selain
itu pengangguran akan menyebabkan kemiskinan. Kemiskinan terjadi karena
ketidakmampuan masyarakat untuk memenuhi kabutuhan dasar seperti makanan, kesehatan,
pakaian dll. Ketidakmampuan ini disebabkan kerana tidak adanya sumber
penghasilan dari anggota keluarga akibat
dari menganggur atau tidak bekerja sehingga sulit untuk membeli atau mencukupi
kehidupan sehari - hari.
2.
Dampak pengangguran bagi kehidupan sosial.
Selain
dampak pengangguran terhadap perekonomian, pengangguran juga berdampak pada
kehidupan sosial yaitu berkembangnya kejahatan serta premanisme dimana-mana.
Keadaan terdesak karena tidak ada uang dan tidak ada pekerjaan atau jalan yang
baik untuk mencari uang atau penghasilan menimbulkan pikiran buruk bagi
seseorang melakukan apapun untuk memenuhi hidupnya meskipun perbuatan itu
adalah perbuatan tidak terpuji atau membahayakan orang lain termasuk merampok,
membunuh, dan sebagainya.
3.
Dampak pengangguran terhadap pendidikan
Dampak
pengangguran terhadap pendidikan sebenarnya penyebabnya adalah sama dengan dampak-dampak
pengangguran di sektor-sektor lain seperti social dan ekonomi yaitu tidak
adanya penghasilan tetap dari suatu keluarga sehingga mereka tidak mampu untuk
membiayai putra putri mereka dalam melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih
tinggi dan sampai putus sekolah bahkan tidak menginjak pendidikan sama sekali
sehingga melahirkan anak bangsa yang buta huruf, menjadi calon pekerja yang
tidak memiliki kemampuan dibidang materi, tidak memiliki bakat atau
keterampilan di bidang – bidang usaha tertentu.
Selain
akibat kekurangan biaya, banyaknya pengangguran dari kalangan terpelajar
seperti lulusan sarjana yang tidak memperoleh pekerjaan atau menganggur membuat
masyarakat awam berfikir bahwa para sarjana saja nganggur apalagi yang tidak,
sehingga masyarakat berpendapat bahwa jadi sarjana sama saja dengan jadi orang
biasa yang akhirnya juga menjadi pengangguran. Dengan pendapat ini maka
masyarakat awam tidak tertarik untuk menyekolahkan putra putri mereka, dan mengakibat
banyaknya anak putus sekolah, anak jalanan yang menandakan rendahnya swadaya
serta tingkat pendidikan masyarakat.
Selain
itu, dampak-dampak lain dari pengangguran meliputi sebagai berikut :
a. Bagi
Negara:
1.
Penurunan pendapatan perkapita.
- Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak.
- Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.
b. Bagi
Masyarakat:
- Pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis.
- Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan, karena tidak digunakan apabila tidak bekerja.
- Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.
D. Solusi
Permasalahan Pengangguran
1. Peningkatan
Sumber Daya Manusia
Perbaikan SDM ini meliputi
peningkatan mutu dan kualitas masyarakat dengan cara peningkatan mutu dalam
pendidikan seperti melalui kegiatan organisasi di lingkungan pendidikan dan
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang dapat meningkatkan kualitas pada diri
kita untuk belajar berorganisasi dan berinteraksi dengan orang banyak. Selain
itu dapat membuka dan memperluas jaringan pelatihan balai tenaga kerja, supaya
para tenaga kerja dapat menyalurkan bakat dan kemaampuannya di lembaga
pelatihan tersebut.
Dengan adanya balai tenaga
kerja maka sedikit demi sedikit akan mengurangi angka pengangguran yang ada di
dalam negeri, selain itu negara dapat menghasilkan para tenaga kerja yang
produktif dan bekerja sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimilikinya.
2. Pendidikan
Pendidikan berperan
penting dalam kesejahteraan seseorang dengan berbagai cara yang berbeda.
Pendidikan dapat meningkatkan kemampuan penduduk untuk memperoleh dan
menggunakan informasi, memperdalam pemahaman akan perekonomian, memperluas
produktifitas, dan memberi pilihan kepada penduduk apakah berperan sebagai
konsumen, produsen atau warga negara.
Orang miskin yang
mengharapkan pekerjaaan baik serta penghasilan yang tinggi maka harus mempunyai
tingkat pendidikan yang tinggi. Tetapi pendidikan tinggi hanya mampu dicapai
oleh orang kaya. Sedangkan orang miskin tidak mempunyai cukup uang untuk
membiayai pendidikan hingga ke tingkat yang lebih tinggi seperti sekolah
lanjutan dan universitas. Sehingga tingkat pendidikan sangat berpengaruh dalam
mengatasi masalah kemiskinan. Pendidikan adalah pionir dalam pembangunan masa
depan suatu bangsa. Sebab, pendidikan menyangkutpembangunan karakter dan
sekaligus mempertahankan jati diri manusia suatu bangsa. Banyak orang miskin
yang mengalami kebodohan. Sehingga penting bagi kita untuk memahami bahwa
kemiskinan bisa mengakibatkan kebodohan dan kebodohan jelas identik dengan
kemiskinan. Untuk memutus rantai sebab akibat diatas, ada satu unsur kunci
yaitu pendidikan. Karena pendidikan adalah sarana menghapus kebodohan sekaligus
kemiskinan. Salah satu indikator pendidikan adalah tingkat angka melek huruf di
suatu daerah. Pendidikandan distribusi pendapatan adalah mempunyai korelasi
yang positif dengan penghasilannya selama hidup seseorang. Korelasi ini dapat
dilihat terutama pada seseorang yang dapat menyelasaikan sekolah tingkat
lanjutan dan universitas, akan mempunyai perbedaan pendapatan 300 persen sampai
dengan 800 persen, dengan tenaga kerja yang hanya menyelesaikan sebagian
ataupun seluruh pendidikan tingkat sekolah dasar. Karena tingkat penghasilan
sangat dipengaruhi oleh lamanya tahun memperoleh pendidikan, jelas ketimpangan
pendapatan yang besar tersebut akan semakin besar.
Namun, berdasarkan data
dari BPS dapat kita lihat bahwa saat ini masih banyak terdapat pengangguran
terdidik, dimana jenjang pendidikan diatas yang telah diwajibkan dalam program
pemerintah (Wajib belajar 9 tahun) tidak secara signifikan memberantas
pengangguran dan kemiskinan. Hal ini juga menuntut peran dari masyarakat itu sendiri.
Peserta didik pun perlu diajari kemandirian, keberanian mengemukakan pendapat,
belajar menyelesaikan konflik dengan teman, belajar menjadi pemimpin di kelas,
sikap anti mencontek, serta mampu mengembangkan ide kreatif dan inovatif. Dalam
hal ini, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan juga memiliki peran penting dalam
menetapkan standar pendidikan yang bermutu, berkualitas sehingga mampu bersaing
dalam pasar nasional maupun internasional.
3. Menciptakan lapangan kerja yang padat karya.
Penciptaan lapangan kerja
padat karya ini diharapkan mampu menyerap banyak tenaga kerja sehingga dapat
mengurangi pengangguran, karena pengangguran adalah salah satu sumber penyebab
kemiskinan terbesar di Indonesia.
4. Pendidikan kewirausahaan
Untuk mengatasi masalah
kemiskinan dan pengangguran teratasi diperlukan pengusaha-pengusaha baru di
negara kita. Asumsinya, munculnya para pengusaha bisa membantu pemerintah
menyediakan lapangan pekerjaan di Indonesia. Dengan begitu, pengangguran akan
berkurang. Ketika pengangguran berkurang, maka tingkat kemiskinan pun akan
mengikuti.Oleh karena itu, kewirausahaan penting dibangkitkan di dunia
pendidikan kita. Kewirausahaan melalui jalur pendidikan bisa mengubah pola
pikir seseorang untuk menjadikan wirausahawan yang bekerja dengan menggunakan
ide dan kreativitas. Dengan wirausaha, seseorang selalu tidak puas dengan apa
yang telah dicapainya. Sehingga ia terus melatih jiwa kreativitas dan inovatif
yang tinggi dalam hidupnya untuk menemukan peluang dan perbaikan hidup. Dengan
demikian, akan tercipta kemakmuran bagi dirinya sendiri, masyarakat, dan
lingkungannya.
Pendidikan kewirausahaan
merupakan pendidikan kecakapan hidup untuk memahami dunia usaha serta
mengaktualisasikan sikap dan perilaku wirausaha dalam kehidupan
sehari-hari.Peserta didik kewirausahaan dibidik jadi individu kreatif, berdaya,
bercipta, berkarya, berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam
kegiatan usahanya.Pendidikan ini bisa dimasukkan dalam kurikulum sekolah.
Alternatif yang bisa ditempuh antara lain: memasukkan kewirausahaan sebagai
mata pelajaran muatan lokal yang harus ditempuh peserta didik, memasukkan
materi kewirausahaan ke beberapa materi pelajaran yang relevan,
menyelenggarakan ekstrakurikuler wajib berupa kewirausahaan di sekolah, dan
sebagainya.Pendidikan kewirausahaan yang diajarkan harus menonjolkan
pengetahuan praktis mengenai dasar-dasar kewirausahaan yang meliputi kegiatan
produksi dan marketing.Bahan ajar bisa diambil dari buku, majalah, karya tulis,
sumber dari internet, lingkungan atau narasumber, kemudian disusun secara
sederhana oleh guru itu sendiri.
Pendidikan kewirausahaan
yang diajarkan sejak dini bisa mengubah paradigma pendidikan kita yang
terlanjur menjadi birokrasi minded. Yakni, pendidikan yang melulu
difokuskan untuk mencetak generasi baru yang hanya berorientasi menjadi
pegawai.Jika melihat fakta angka pengangguran terdidik masih tinggi. Maka,
birokrasi minded tak layak dibiarkan merasuki mental generasi ke
generasi berikutnya. Sudah saatnya anak-anak sejak dini diajari untuk mengenal
berbagai jenis kewirausahaan sebagai alternatif menghadapi masa depan di luar
cita-cita menjadi pegawai. Mental priyayi sebagai konsekuensi dari birokrasi minded,
yang selama ini menjadi tipe pendidikan kita, harus dihapus. Sudah terlalu
banyak lulusan perguruan tinggi yang bermental priyayi. Sehingga tidak bersedia
merintis usaha kecil dan memilih menganggur sambil mondar-mandir keluar masuk
kantor menawarkan surat lamaran kerja yang dilampiri ijazah sarjananya.
Komentar :
Sepakat
Karena dengan
meningkatkan kualitas SDM meningkatkan pendidikan di Indonesia maka
sedikit demi sedikit akan mengurangi angka pengangguran yang ada di dalam
negeri, selain itu negara dapat menghasilkan para tenaga kerja yang produktif
dan bekerja sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimilikinya.
Cara lain adalah dengan kewirausahaan yang memiliki
peranan penting dalam segala dimensi kehidupan. Sumbangan kewirausahaan
terhadap pembangunan ekonomi suatu negara tidaklah disangsikan lagi. Kehadiran
dan peranan wirausaha akan memberikan pengaruh terhadap kemajuan perekonomian
dan perbaikan pada keadaan ekonomi. Karena wirausaha dapat menciptakan lapangan
kerja, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, meningkatkan pemerataan
pendapatan, memanfaatkan dan memobilisasi sumberdaya untuk meningkatkan
produktivitas nasional,sektor informal merupakan alternatif yang dapat membantu
menyerap pengangguran.
Selain usaha
kewirausahaan diatas ada beberapa cara lain yang dapat membantu mengurangi
jumlah pengangguran atau sekedar mencegah timbulnya pengangguran. Pertama,
diadakannya pendidikan gratis bagi yang kurang mampu. Salah satu penyebab
pengangguran adalah rendahnya tingkat pendidikan seseorang, sehingga ia tidak
memiliki pengetahuan yang cukup dan sulit untuk mendapat pekerjaan. Kedua,
mendirikan tempat latihan keterampilan, misalnya kursus menjahit, pelatihan
membuat kerajinan tangan, atau pendirian Balai Latihan Kerja (BLK) yang
didirikan di berbagai daerah. Ketiga, sebagai antisipasi, pelajar
perlu diberikan pendidikan non formal. Pendidikan non formal bisa berupa
keterampilan khusus, kemampuan berkomunikasi atau peningkatan EQ, serta
diarahkan untuk menjadi lulusan sekolah yang mampu menciptakan suatu lapangan
pekerjaan. Bukan semata-mata sebagai lulusan sekolah yang hanya bisa melamar
pekerjaan.
Sumber :.
·
http://organisasi.org/pengertian-pengangguran-dan-jenis-macam-pengangguran
friksional-struktural-musiman-siklikal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar